Manajemen Komponen Sekolah

Bab I

 

PENDAHULUAN

1.1. latar belakang

 

 

Manajemen sekolah merupakan faktor yang terpenting dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang keberhasilannya diukur oleh prestasi tamatan (out put), oleh karena itu dalam menjalankan kepemimpinan, harus berpikir “sistem” artinya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah komponen-komponen terkait seperti: guru-guru, staff TU, Orang tua siswa/Masyarakat, Pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan.

 
            Tantangan lembaga pendidikan (sekolah) adalah mengejar ketinggalan artinya kompetisi dalam meraih prestasi terlebih dalam menghadapi persaingan global, terutama dari Sekolah Menengah Kejuruan dimana tamatan telah memperoleh bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai tenaga professional tingkat menengah hal ini sesuai dengan tuntunan Kurikulum SMK 2004.

            Tantangan ini akan dapat teratasi bila pengaruh kepemimpinen sekolah terkonsentrasi pada pencapaian sasaran dimaksud. Pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah disamping mengejar ketinggalan untuk mengatasi tantangan tersebut di atas, hal-hal lain perlu diperhatikan: Ciptakan keterbukaan dalam proses penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Ciptakan iklim kerja yang menyenangkan Berikan pengakuan dan penghargaan bagi personil yang berprestasi Tunjukan keteladanan Terapkan fungsi-fungsi manajemen dalam proses penyelenggaraan pendidikan, seperti: PerencanaanPengorganisasian Penentuan staff atas dasar kemampuan, kesanggupan dan kemauan Berikan bimbingan dan pembinaan kearah yang menuju kepada pencapaian tujuan Adalah kontrol terhadap semua kegiatan penyimpangan sekecil apapun dapat ditemukan sehingga cepat teratasi Adakan penilaian terhadap semua program untuk mengukurkeberhasilan serta menemukan cara untuk mengatasi kegagalan.

B. Rumusan Masalah

 

C. Tujuan

Tujuan pembahasan makalah ini untuk mengetahui apasaja ruang lingkup dari manajemen pendidikan sekolah


                                                                  Bab II

 

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Sekolah

            Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah adminitrasi pendidikan. Dalam studi ini, penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan makna yang sama.

            Selanjutnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa pengertian umum tentang manajemen yang disampaikan oleh beberapa ahli. Dari Kathryn . M. Bartol dan David C. Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995) memberikan rumusan bahwa :
 “Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan”.

            Sementara itu, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal”.

            Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa :

  1. Manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; 
  2. Manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan 
  3. Manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B. Fungsi Manajemen

            Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli, sebagai berikut:

Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :

  1. Planning (perencanaan);
  2. Organizing (pengorganisasian);
  3. Actuating (pelaksanaan); dan
  4. Controlling (pengawasan).

           
C. Bidang Kegiatan Pendidikan

            Berbicara tentang kegiatan pendidikan, di bawah ini beberapa pandangan dari para ahli tentang bidang-bidang kegiatan yang menjadi wilayah garapan manajemen pendidikan. Ngalim Purwanto (1986) mengelompokkannya ke dalam tiga bidang garapan yaitu :

  1. Administrasi material, yaitu kegiatan yang menyangkut bidang-bidang materi/ benda-benda, seperti ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan, gedung dan alat-alat perlengkapan sekolah dan lain-lain.
  2. Administrasi personal, mencakup di dalamnya administrasi personal guru dan pegawai sekolah, juga administrasi murid. Dalam hal ini masalah kepemimpinan dan supervisi atau kepengawasan memegang peranan yang sangat penting.

      3. Administrasi kurikulum, seperti tugas mengajar guru-guru, penyusunan sylabus atau rencana pengajaran tahunan, persiapan harian dan mingguan dan sebagainya.

Hal serupa dikemukakan pula oleh M. Rifa’i (1980) bahwa bidang-bidang administrasi pendidikan terdiri dari:

  1. Bidang kependidikan atau bidang edukatif, yang menyangkut kurikulum, metode dan cara mengajar, evaluasi dan sebagainya.
  2. Bidang personil, yang mencakup unsur-unsur manusia yang belajar, yang mengajar, dan personil lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar.
  3. Bidang alat dan keuangan, sebagai alat-alat pembantu untuk melancarkan siatuasi belajar mengajar dan untuk mencapai tujuan pendidikan sebaik-baiknya.

 

 

 

Manajemen Pendidikan Sekolah

            Merujuk kepada kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas dalam buku Panduan Manajemen Sekolah, berikut ini akan diuraikan secara ringkas tentang bidang-bidang kegiatan pendidikan di sekolah, yang mencakup :

A. Manajemen kurikulum

            Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Tahapan manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap :

  • Perencanaan;
  • Pengorganisasian dan koordinasi;
  • Pelaksanaan; dan
  • Pengendalian.

Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006) mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap :

  1. Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai : (1) analisis kebutuhan; (2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis; (3) menentukan disain kurikulum; dan (4) membuat rencana induk (master plan): pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.
  2. Tahap pengembangan; meliputi langkah-langkah : (1) perumusan rasional atau dasar pemikiran; (2) perumusan visi, misi, dan tujuan; (3) penentuan struktur dan isi program; (4) pemilihan dan pengorganisasian materi; (5) pengorganisasian kegiatan pembelajaran; (6) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar; dan (7) penentuan cara mengukur hasil belajar.
  3. Tahap implementasi atau pelaksanaan; meliputi langkah-langkah: (1) penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (2) penjabaran materi (kedalaman dan keluasan); (3) penentuan strategi dan metode pembelajaran; (4) penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran; (5) penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar; dan (6) setting lingkungan pembelajaran
  4. Tahap penilaian; terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif)

B. Manajemen Kesiswaan

Dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu :

  1. Siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka;
  2. Kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal;
  3. Siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan; dan
  4. Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif, dan psikomotor.

C. Manajemen personalia
Terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu :

  1. Dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga;
  2. Sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tujuan institusional;
  3. Kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah; dan
  4. Manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah.

            Disamping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting dalam manajamen personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari para personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap personil sekolah menjadi mutlak diperlukan.

D. Manajemen keuangan

            Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan.
            Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya.

E. Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah

            Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah.

            Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan pra saran, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah.

            Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah, dan membuat program lomba perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah.

F. Manajemen Kinerja Guru

            Dalam perspektif manajemen, agar kinerja guru dapat selalu ditingkatkan dan mencapai standar tertentu, maka dibutuhkan suatu manajemen kinerja (performance management). Dengan mengacu pada pemikiran Robert Bacal (2001) dalam bukunya Performance Management di bawah ini akan dibicarakan tentang manajemen kinerja guru.

            Robert Bacal mengemukakan bahwa manajemen kinerja, sebagai : sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan penyelia langsungnya. Proses ini meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Ini merupakan sebuah sistem. Artinya, ia memiliki sejumlah bagian yang semuanya harus diikut sertakan, kalau sistem manajemen kinerja ini hendak memberikan nilai tambah bagi organisasi, manajer dan karyawan.

            Dari ungkapan di atas, maka manajemen kinerja guru terutama berkaitan erat dengan tugas kepala sekolah untuk selalu melakukan komunikasi yang berkesinambungan, melalui jalinan kemitraan dengan seluruh guru di sekolahnya. Dalam mengembangkan manajemen kinerja guru, didalamnya harus dapat membangun harapan yang jelas serta pemahaman tentang :

Fungsi kerja esensial yang diharapkan dari para guru.

  1. Seberapa besar kontribusi pekerjaan guru bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.melakukan pekerjaan dengan baik”
  2. Bagaimana guru dan kepala sekolah bekerja sama untuk mempertahankan, memperbaiki, maupun mengembangkan kinerja guru yang sudah ada sekarang.
  3. Bagaimana prestasi kerja akan diukur.
  4. Mengenali berbagai hambatan kinerja dan berupaya menyingkirkannya.

            Selanjutnya, Robert Bacal mengemukakan pula bahwa dalam manajemen kinerja diantaranya meliputi perencanaan kinerja, komunikasi kinerja yang berkesinambungan dan evaluasi kinerja.

            Perencanaan kinerja merupakan suatu proses di mana guru dan kepala sekolah bekerja sama merencanakan apa yang harus dikerjakan guru pada tahun mendatang, menentukan bagaimana kinerja harus diukur, mengenali dan merencanakan cara mengatasi kendala, serta mencapai pemahaman bersama tentang pekerjaan itu.

            Komunikasi yang berkesinambungan merupakan proses di mana kepala sekolah dan guru bekerja sama untuk saling berbagi informasi mengenai perkembangan kerja, hambatan dan permasalahan yang mungkin timbul, solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai masalah, dan bagaimana kepala sekolah dapat membantu guru. Arti pentingnya terletak pada kemampuannya mengidentifikasi dan menanggulangi kesulitan atau persoalan sebelum itu menjadi besar.

            Evaluasi kinerja adalah salah satu bagian dari manajemen kinerja, yang merupakan proses di mana kinerja perseorangan dinilai dan dievaluasi. Ini dipakai untuk menjawab pertanyaan, “ Seberapa baikkah kinerja seorang guru pada suatu periode tertentu ?”. Metode apapun yang dipergunakan untuk menilai kinerja, penting sekali bagi kita untuk menghindari dua perangkap. Pertama, tidak mengasumsikan masalah kinerja terjadi secara terpisah satu sama lain, atau “selalu salahnya guru”. Kedua, tiada satu pun taksiran yang dapat memberikan gambaran keseluruhan tentang apa yang terjadi dan mengapa. Penilaian kinerja hanyalah sebuah titik awal bagi diskusi serta diagnosis lebih lanjut.

            Perencanaan merupakan fase pendefinisian dan pembahasan peran, tanggung jawab, dan ekpektasi yang terukur. Perencanaan tadi membawa pada fase pembinaan,– di mana guru dibimbing dan dikembangkan – mendorong atau mengarahkan upaya mereka melalui dukungan, umpan balik, dan penghargaan. Kemudian dalam fase evaluasi, kinerja guru dikaji dan dibandingkan dengan ekspektasi yang telah ditetapkan dalam rencana kinerja. Rencana terus dikembangkan, siklus terus berulang, dan guru, kepala sekolah, dan staf administrasi , serta organisasi terus belajar dan tumbuh.

           

            Setiap fase didasarkan pada masukan dari fase sebelumnya dan menghasilkan keluaran, yang pada gilirannya, menjadi masukan fase berikutnya lagi. Semua dari ketiga fase Siklus Manajemen Kinerja sama pentingnya bagi mutu proses dan ketiganya harus diperlakukan secara berurut. Perencanaan harus dilakukan pertama kali, kemudian diikuti Pembinaan, dan akhirnya Evaluasi.

            Dengan tidak bermaksud mengesampingkan arti penting perencanaan kinerja dan pembinaan atau komunikasi kinerja. Di bawah ini akan dipaparkan tentang evaluasi kinerja guru. Bahwa agar kinerja guru dapat ditingkatkan dan memberikan sumbangan yang siginifikan terhadap kinerja sekolah secara keseluruhan maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja guru. Dalam hal ini, Ronald T.C. Boyd (2002) mengemukakan bahwa evaluasi kinerja guru didesain untuk melayani dua tujuan, yaitu :

  1. Untuk mengukur kompetensi guru dan
  2. Mendukung pengembangan profesional.

            Sistem evaluasi kinerja guru hendaknya memberikan manfaat sebagai umpan balik untuk memenuhi berbagai kebutuhan di kelas (classroom needs), dan dapat memberikan peluang bagi pengembangan teknik-teknik baru dalam pengajaran, serta mendapatkan konseling dari kepala sekolah, pengawas pendidkan atau guru lainnya untuk membuat berbagai perubahan di dalam kelas.

            Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang evaluator (baca: kepala sekolah atau pengawas sekolah) terlebih dahulu harus menyusun prosedur spesifik dan menetapkan standar evaluasi. Penetapan standar hendaknya dikaitkan dengan :

  1. Keterampilan-keterampilan dalam mengajar;
  2. Bersifat seobyektif mungkin;
  3. Komunikasi secara jelas dengan guru sebelum penilaian dilaksanakan dan ditinjau ulang setelah selesai dievaluasi, dan
  4. Dikaitkan dengan pengembangan profesional guru.
                Para evaluator hendaknya mempertimbangkan aspek keragaman keterampilan pengajaran yang dimiliki guru. dan menggunakan berbagai sumber informasi tentang kinerja guru, sehingga dapat memberikan penilaian secara lebih akurat. Beberapa prosedur evaluasi kinerja guru yang dapat digunakan oleh evaluator, diantaranya :
  • Mengobservasi kegiatan kelas (observe classroom activities). Ini merupakan bentuk umum untuk mengumpulkan data dalam menilai kinerja guru. Tujuan observasi kelas adalah untuk memperoleh gambaran secara representatif tentang kinerja guru di dalam kelas. Kendati demikian, untuk memperoleh tujuan ini, evaluator dalam menentukan hasil evaluasi tidak cukup dengan waktu yang relatif sedikit atau hanya satu kelas. Oleh karena itu observasi dapat dilaksanakan secara formal dan direncanakan atau secara informal dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu sehingga dapat diperoleh informasi yang bernilai (valuable)
  • Meninjau kembali rencana pengajaran dan catatan – catatan dalam kelas. Rencana pengajaran dapat merefleksikan sejauh mana guru dapat memahami tujuan-tujuan pengajaran. Peninjauan catatan-cataan dalam kelas, seperti hasil test dan tugas-tugas merupakan indikator sejauhmana guru dapat mengkaitkan antara perencanaan pengajaran , proses pengajaran dan testing (evaluasi).
  • Memperluas jumlah orang-orang yang terlibat dalam evaluasi. Jika tujuan evaluasi untuk meningkatkan pertumbuhan kinerja guru maka kegiatan evaluasi sebaiknya dapat melibatkan berbagai pihak sebagai evaluator, seperti : siswa, rekan sejawat, dan tenaga administrasi. Bahkan self evaluation akan memberikan perspektif tentang kinerjanya. Namun jika untuk kepentingan pengujian kompetensi, pada umumnya yang bertindak sebagai evaluator adalah kepala sekolah dan pengawas.

Setiap hasil evaluasi seyogyanya dilaporkan. Konferensi pasca-observasi dapat memberikan umpan balik kepada guru tentang kekuatan dan kelemahannya.

Dalam hal ini, beberapa hal yang harus diperhatikan oleh evaluator :

  • Penyampaian umpan balik dilakukan secara positif dan bijak;
  • Penyampaian gagasan dan mendorong untuk terjadinya perubahan pada guru;
  • Menjaga derajat formalitas sesuai dengan keperluan untuk mencapai tujuan-tujuan evaluasi;
  • Menjaga keseimbangan antara pujian dan kritik;
  • Memberikan umpan balik yang bermanfaat secara secukupnya dan tidak berlebihan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

 

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah diatas dapt disimpulkan beberapa kesimpulan:

  • Perekat organisasi pendidikan adalah kepercayaan pimpinan kepada bawahan, keakraban/kebersamaan, dan kejujuran dan tanggung jawab.
  • Kepemimpinan sangat berpengaruh dalam proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah, agar pengaruh yang timbul dapat meningkatkan kinerja personil secara optimal. Maka pemimpin harus memiliki wawasan dan kemampuan dalam melaksanakan gaya kepemimpinan
  • Kemampuan pemimpin dalam memerankan gaya kepemimpinan yang bertumpu kepada partisipasi aktif semua personil sekolah akan memunculkan keberhasilan seorang pemimpin
  • Bahwa tujuannya antara lain adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, memperkya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
  • Budaya organisasi di lembaga pendidikan adalah pemaknaan bersama seluruh anggota organisasi di suatu lembaga pendidikan yang berkaitan dengan nilai, keyakinan, tradisi dan cara berpikir unik yang dianutnya dan tampak dalam perilaku mereka, sehingga membedakan antara lembaga pendidikan dengan lembaga pendidikan lainnya.
  • Pemimpin harus memiliki pemahaman tentang konsep sistem (berpikir secara sistematik) dalam memahami suatu sekolah sebagai suatu kesatuan yang utuh.
  • Pemimpin harus memahami wawasan jauh kedepan agar tantangan masadepan telah menjadi program dalam penyelenggaraan pendidikan.

B. Saran-Saran

  1. Seorang kepala sekolah, di samping harus mampu melaksanakan proses manajemen yang merujuk pada fungsi-fungsi manajemen, juga dituntut untuk memahami sekaligus menerapkan seluruh substansi kegiatan pendidikan.
  2. Kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan:
  • Menjabarkan sumber daya sekolah untuk mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar,
  • Kepala administrasi,
  • Sebagai manajer perencanaan dan pemimpin pengajaran, dan

Mempunyai tugas untuk mengatur, mengorganisir dan memimpin keseluruhan pelaksanaan tugas-tugas pendidikan di sekolah

FAKTOR PENYEBAB DAN PENCEGAHAN ORTOPEDAGOGIK ANAK TUNAGRAHITA

  1. A.    PENDAHULUAN
    1. Latar Belakang

Anak-anak tunagrahita merupakan individu yang utuh dan unik yang pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengimbangi kelainan yang disandangnya. Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada di bawah rata-rata. Seseorang dapat mengalami ketunagrahitaan disebabkan karena adanya beberapa factor, baik endogen maupun eksogen atau internal maupun eksternal atau factor baik dari keturunan  maupun factor lingkungan.. Anak tunagrahita banyak macamnya, ada yang disertai dengan buta warna, disertai dengan kerdil badan, disertai dengan kepala panjang, disertai dengan bau badan tertentu, dan sebagainya; tetapi ada pula yang tidak disertai apa-apa. Dengan ditemukan factor tersebut, maka ditemukan pula berbagai upaya pengobatan maupun pencegahannya.

Pendidikan luar biasa, sebagai salah satu bentuk pendidikan yang khusus mengenai anak-anak berkelainan sebagai objek formal dan materialnya dari berbagai jenis kelainan termasuk anak-anak tubagrahita, secara sadar terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan dengan sebaik-baiknya.

  1. TUJUAN

Makalah ini disusun dan dipersiapkan dengan tujuan sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui factor yang menyebabkan seseorang dapat mengalami ketunagrahitaan.
  2. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah terjadinya ketunagrahitaan.
  3. B.     PEMBAHASAN

Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada di bawah rata-rata. Di samping mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit, dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk sehari atau dua hari  atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya, dan bukan hanya dalam satu atau dua hal tetapi hampir segala-galanya.

FAKTOR PENYEBAB DAN PENCEGAHANNYA

  1. Faktor Penyebab

Terdapat berbagai factor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita. Para ahli dari berbagai ilmu telah berusaha membagi faktor-faktor penyebab ini menjadi beberapa kelompok. Strauss mengelompokkan faktor-faktor tersebut menjadi dua gugus, yaitu endogen dan eksogen. Suatu factor dimasukkan kedalam gugus endogen apabila letaknya pada sel keturunan, factor ini diturunkan. Sedangkan yang termasuk dalam factor eksogen adalah hal-hal diluar sel keturunan, mialnya infeksi dan virus yang menyerang otak, benturan, radiasi, dan sebagainya; factor ini tidak diturunkan.

Kalangan lain membagi faktor-faktor penyebab ini atas factor lingkungan dan factor individu. Kalangan ini biasanya tidak sama dalam mengelompokkan factor-factor tersebut, mereka yang bekerja pada lapangan Sosiologi biasanya memasukkan hal-hal yang terjadi sesudah lahir sebagai factor lingkungan; yang terjadi sebelum lahir dimasukkannya sebagai factor individu. Sedangkan mereka yang bekerja di lapangan Biologi cenderung memasukkan semua hal yang terjadi di luar sel bibit benih (gene) sebagai factor lingkungan; adapun yang mereka masukkan kedalam factor individu hanyalah factor-faktor yang terdapat pada sel benih.

Cara lain yang  juga sering digunakan dalam pengelompokkan factor-factor penyebab ketunagrahitaan adalah membaginya dalam 3 (tiga) gugus, yang jika disusun secara kronologis adalah : (1) factor-factor yang terjadi sebelum lahir (prenatal), (2) factor-factor yang terjadi saat dilahirkan (natal), dan (3) factor-factor yang terjadi sesudah dilahirkan (postnatal). Perlu diingat bahwa istilah prenatal, natal, dan postnatal, bukanlah penyebab melainkan hanya waktu terjadinya penyebab. Pada gugus prenatal tercangkup hal-hal yang terjadi pada factor keturunan dan yang tidak terjadi pada factor keturunan akan tetapi anak masih dalam kandungan. Berikut ini akan dibahas beberapa penyebab ketunagrahitaan yang sering ditemukan baik yang berasal dari keturunan, maupun yang berasal dari factor lingkungan.

 

  1. a.             Faktor Keturunan

Telah dikemukakan diatas bahwa factor keturunan terdapat pada sel khusus yang pada pria disecut  spermatozoa  dan pada wanita disebut ovarium.

1)      Mengenal Kromosom

Sel terdiri atas: dinding sel , plasma sel, dan nucleus. Bagian terpenting dari sel adalah nucleus, karena pada inti sel ini tersusun materi genetic yang melestarikan sifat-sifat baku manusia dari nenek moyangnya.

Dalam inti sel manusia terdapat 23 pasang kromosom, yang terdiri atas 22 pasang autosom yang tidak menentukan jenis kelamin, dan sau pasang gonosom yang menentukan jenis kelamin (laki-laki XY, wanita XX). Kromosom wanita selalu homolog, sedangkan kromosom pria mempunyai bagian yang homolog dan bagian yang tak homolog.

Ketika terjadi fertilisasi dan tercipta manusia baru, maka ia akan memperoleh factor-factor yang diturunkan baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu. Sebagai pembawa sifat keturunan, gene antara lain menentukan warna kulit, bentuk tubuh, raut wajah, dan kecerdasan.

 

Banyaknya gene yang dihasilkan dari perpaduan kromosom ayah dan ibu disertai adanya pengaruh lingkungan, mengakibatkan tidak ada manusia yang sama persi dalam segala hal, walaupun berasal dari kromosom ayah dan ibu yang sama. Kelainan-kelainan dapat terjadi baik pada kromosom maupun pada gene.

2)      Kelainan Kromosom

Dilihat dari bentuknya, kelainan kromosom dapat berupa inversi, delesi, duplikasi, dan translokasi. Inversi merupakan kelainan yang mengakibatkan berubahnya urutan gene karena melilitnya kromosom. Delesi merupakan akibat dari kegagalan meiosis yang salah satu pasangan tidak membelah sehingga mengakibatkan kurangnya kromosom tersebut disalah satu sel. Duplikasi adalah kegagalan meiosis yaitu akibat kromosom tidak berhasil menceraikan diri sehingga terdapat kelebihan kromosom pada sel yang lain. Sedangkan translokasi, terjadi karea adanya kromosom yang patah, lalu patahannya menempel pada kromosom yang lain.

Diantara anak yang menjadi tunagrahita karena factor-factor kelainan tersebut, adalah:

a)      Kelainan terletak pada autosom

Akibat kelainan pada autosom tidak sama, tergantung pada autosom yang mendapat kelainan.

 

  1. 1.        Langdon Down’s Syndrome

Penderita mengalami trisomi pada kromosom nomor 21, dan ada pula pada kromosom nomor 15. Kelainan ini dapat terjadi dala 2 macam, yaitu: adanya kegagalan meiosis sehingga menimbulkan duplikasi, dan translokasi.

  1. 2.        Patau’s Syndrome

Penderita mengalami trisomi pada kromosom 13, 14, dan 15. Mereka biasanya segera meninggal beberapa saat setelah lahir, tetapi ada juga yang berhasil mencapai umur 2 atau 3 tahun. Disamping tunagrahita, mereka juga biasanya berkepala kecil, mata kecil, berkuping aneh, sumbing, tuli, mempunyai kelainan jantung, dan katung empedu besar.

b)      Kelaianan terletak pada gonosom

Akibat dari kelainan gonosom juga tidak sama, diantaranya yang terkena adalah:

  1. Kinefelter’s Syndrome

Gonosom yang seharusnya XY, karena kegagalan menjadi XXY atau XXXY. Cirri yang menonjol adalah Nampak laki-laki dan tunagrahita. Setelah mencapai masa puber, tubuhnya menjadi panjang, gayanya mirip wanita, berpayudara besar penisnya kecil, dan testisnya juga kecil, serta birahinya kurang.

 

  1. Turner ‘s Syndrome

Gonosomnya berupa XO. Ciri yang menonjol adalah nampak wanita dan tunagrahita, tetapi payudaranya tidak tumbuh, beruterus kecil, tidak datang bulan, bertubuh pendek, berlipatan kulit ditengkuk, dan mandul.

3)      Kelainan Gene

Kelaianan yang terjadi pada gene, karena mutasi, tidak selamanya Nampak dari luar (tetap pada tingkat genotif, penderitanya disebut Carrier). Hanya dalam beberapa hal saja kelainan itu akan Nampak keluar (menjadi fenotif). Untuk memahaminya ada 2 hal yang harus diperhatikan, yaitu: kekuatan kelainan terebut, dan tempat gene (lokus) yang mendapat kelainan.

a)      Kekuatan kelainan

Gene-gene yang sama lokusnya dalam kedua kromosom berbeda kekuatan, yang kuat disebut dominan,mengalahkan pengaruh gene yang resesif. Jika kelainan dominan terhadap gene lainnya, maka kelainan akan menjadi nampak ke luar (fenotip), jika resesif maka kelainannya akan tidak nampak keluar (genotip).

 

 

 

b)      Lokus gene

Jika gene yang mendapat kelainan terdapat pada kromosom yang homolog maka apa yang terjadi tergantung sepenuhnya pada pengaruh dominan resesifnya kelainan tersebut terhadap gen yang sama lokusnya. Akan tetapi jika gene tersebut terdapat pada bagianyang tak homolog (pada gonosom, ekor X yang lebih panjang dari ekor Y), maka kelainan tersebut selalu akan menjadi fenotip sekalipun kekuatan sebenarnya hanya resesif. Sebabnya ialah oleh karenakelainan tersebut tidak mendapat imbangan dari gene yang lain. Hal ini berlaku bagi penderita pria. Lain halnya pada wanita, pengaruhnya sama seperti pada kelainan gene homolog.

  1. b.             Gangguan Metabolisme dan Gizi

Metabolism dan gizi merupakanhal yang sangat penting bagi perkembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak. Kegagalan dalam metabolismedan kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan akan gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik maupun mental pada individu. Berikut ini akan dibahas beberapa kelainan yang disebabkan oleh kegagalan metabolisme dan kekurangan gizi pada penderitanya yang diadaptasi dari Handbook of Care and Training for Developmental Disabilities (Japan League for the Mentally Retarde, 1989: 10-14)

  1. Phenylketonuria

Kelaianan ini merupakan salah satu akibat gangguan metabolism asam amino. Pada penderita terjadi gangguan pada proses metabolism phenylalanineke chilozine yang disebabkan oleh kekurangan atau kelainan gerakan dari enzyme phenylalaine hydroxide. Diantara gejala utama yang Nampak adalah tunagrahita, kekurangan pigmen, microcepahly, kejang-kejang saraf, serta kelainan tingkah laku.

  1. Gargoylism

Disebabkan oleh adanya kerusakan metabolism saccharide yang menjadi tempat penyimpanan asam mucopolysaccharide didalam hati, limpa kecil, dan otak. Tanda-tanda penderita adalah adanya berbagai ketidak normalan tinggi badan, kerangka tubuh tidak proporsional, tengkorak  kepala besar, telapak  tangan lebar dan pendek, leher yang  pendek, lidah besar dan menonjol, persendian kaku, dan tunagrahita.

 

 

 

 

 

  1. Cretinism

Kelainan ini disebabkan oleh keadaan hypothyroidism kronik yang terjadi selama masa janin atau segera setelah dilahirkan. Gejala utama yang nampak adalah adanya ketidak normalan fisik yang khas dan  ketunagrahitaan. Berat ringannya kelainan tergantung pada tingkat kekuangan thyroxin. Pada penderita ini, gejala kelainan biasanya  nampak mulai bulan kelima setelah dilahirkan. Gejala tersebut diawali dengan kurangnya nafsu makan, anak menjadi sangat  pendiam, jarang tersenyum, dan tidur berlebihan.

 

  1. c.              Infeksi dan Keracunan

Diantara penyebab terjadinya ketunagrahitaan adalah adanya infeksi dan keracunan yaitu terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih berada di dalam kandungan ibunya.

Penyakit-penyakit tersebut antara lain: rubella, syphilis, toxoplasmosis; dan keracunan yang berupa: gravidity syndrome yang beracun, kecanduan alcohol dan narkotika.

 

 

 

  1. Rubella

Penyakit rubella yang terjadi pada wanita yang sedang hamil akan mengakibatkan janin yang dikandungnya menderita tunagrahita atau berbagai kecacatan yang lain. Penyakit rubella yang menjangkit ibu pada 12 minggu pertama kehamilan adalah yang paling berbahaya. Selain tunagrahita, ketidak normalan yang disebabkan penyakit ini adalah adanya gangguan pendengaran, penyakit jantung bawaan, berat badan yang sangat rendah pada waktu lahir, dan lain-lain.

  1. Syphilis Bawaan

Janin/bayi dalam rahim yang terinfeksi syphilis akan lahir menderita ketunagrahitaan. Kondisi yang banyak ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terjangkit syphilisadalah: kesulitan pendengaran, gigi pertama dan kedua pada rahang atas seperti bulan sabit (mestinya lurus), dan interstitial keratitis perenchymatosa (hidungnya nampak seprti hidung kuda).

 

 

 

 

 

  1. Syndrome Gravidity Beracun

Berdasarkan hsil penelitian para ahli medis, hampirsemua bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita syndrome gravidity beracun, menderita cacat mental (tubagrahita). Ketunagrahitaan yang timbul dari syndrome gravidity beracun terjadi pada : (1) sebagian bayi-bayi lahir premature. (2) kerusakan janin yang disebabkan oleh zat beracun, dan (3) berkurangnya aliran darah pada rahim dan plasenta.

  1. d.             Trauma dan Zat Radioaktif

Ketunagrahitaan dapat juga disebabkan karena terjadinya trauma pada beberapa bagian tubuh khususnya pada otak ketika bayi dilahirkan dan terkena radiasi zat radioaktif selama hamil.

1)             Trauma Otak

Trauma yang terjadi pada kepala dapat menimbulkan pendarahan intracranial yang mengakibatkan terjadinya kecacatan pada otak. Trauma yang terjadi pada saat dilahirkan biasanya disebabkan karena kelahiran yang sulit sehingga memerlukan alat bantu (tang).

 

 

 

2)             Zat Radioaktif

Ketidaktepatan penyinaran atau radiasi sinar X selama bayi dalam kandungan mengakibatkan cacat mental microcephaly. Janin yang terkena zat radioaktif selama tiga sampai enam minggu kehamilan pertama sering menyebabkan kelainan pada berbagai organ, krena pada masa ini embrio mudah sekali terpengaruh. Kelainan yang nampak antara lain: langit-langit yang tinggi. Hidung kuda, septum nasal yang melengkung, telinga kecil, gigi yang bertumpuk, garis telapak tangan seperti garis telapak tangan kera. Janin yang terkena zat radioaktif setelah tiga bulan kehamilan mengakibatkan ketidaknormalan pada kulit (pigmentasi dan vertiligo),serta kelainan organ visual.

  1. e.              Masalah Pada Kelahiran

Kelainan dapat juga disebabkan oleh masalah-masalah yang terjadi pada waktu kelahiran, misalnya kelahiran yang disertai hypoxia dapat dipastikan bahwa bayi yang dilahirkan menderita kerusakan otak, menderita kejang, nafas yang pendek. Kerusakan otak pada perinatal dapat juga disebabkan oleh trauma mekanis terutama pada kelahiran yang sulit.

 

 

  1. f.              Factor Lingkungan (Sosial Budaya)

Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para ahli untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap fungsi intelek anak. Patton dan Polloway (1986:188) melaporkan bahwa bermacam-macampengalaman negative atau kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama periode perkembangan menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan.

Penelitian lain melaporkan bahwa anak tunagrahita banyak ditemukan di daerah yang tingkat social ekonominya rendah, hal ini disebabkan ketidakmampuan lingkungan memberikan rangsang-rangsang yang diperlukan anak pada masa perkembangannya. Missal studi yang dilakukan Kirk (Triman p, 1982:25) menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang tingkay social ekonominya rendah menunjukkan kecenderungan mempertahankan mentalnya pada taraf yang sama, bahkan prestasi belajarnya semakin kurang seiring dengan meningkatnya usia. Sedangkan hasil penelitian Patton & Polloway (1986:217) menunjukkan bahwa para orang tua yang selalu khawatir dengan keuangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak menganggap masalah anak untuk memperoleh pendidikan prasekolah pada waktunya atau memberikan program latihan sbagai prioritas.

 

Ketidak seimbangan nutrisi/gizi dan kurangnya perawatan medis baik bagi anak maupun ibu hamil, banyak dijumpai juga pada keluargadengan tingkat social-ekonomi rendah ini; sehingga menimbulkan efek yang merugikan terhadap perkembangan anak.

Sebagai contoh adalah ibu yang kurang mendapatkan perawatan kehamilan atau kurang memeriksakan diri secara teratur pada waktu hamil, sehingga sering timbul komplikasi kehamilan yang dapat mempengaruhi kondisi bayi yang dikandungnya.

Masalah lain yang sering diidentifikasikan sebagai penyebab ketunagrahitaan adalah masalah afeksi (kasih sayang) orang tua, terutama ibu. Pada tahun-tahun pertama kehidupannya, anak memiliki keterikatan yang sangat besar terhadap kasih sayang dan perhatian ibunya. Penyelidikan Bowlby (Singgih D. 1985:168) membuktikan bahwa pengalaman-pengalaman anak pada permulaan kehidupannya yang terpisah dari ibunya menjadi penyebab timbulnya masalah-masalah kesulitan tingkah laku dan kesejahteraan mentalnya dalam kehidupannya lebih lanjut. Masa-masa terjadinya keterikatan anak dengan orang tua terutama ibunya merupakan masa-masa yang penting yang dapat mempengaruhi timbulnya gangguan dalam perkembangan anak.

 

Penelitian lain juga membuktikan bahwa kurangnya kontak pribadi dengan anak, misalnya dengan mengajaknya berbicara, tersenyum, bermain; mengakibatkan timbulnya sikap tegang, dingin, menutup diri. Keadilan seperti ini pada akhirnya mengakibatkan anak agak sulit menerima rangsangan-rangsangan dari luar. Sudah barang tentu kondisi demikian akan berpengaruh buruk terhadapa perkembangan anak, baik perkembangan fisik maupun perkembangan mental-intelektualnya. Semakin anak mengalami isolasi emosional, semakin berat pula akibat yang timbul.

  1. USAHA PENCEGAHAN

Ditemukannya berbagai penyebab  ketunagrahitaan baik yang berasal dari factor keturunan maupun yang berasal dari factor diluar keturunan sebagai hasil dari berbagai penyelidikan para ahli, seyogyanya diikuti pula oleh berbagai upaya pengobatan maupun pencegahannya.

Beberapa alternative upaya pencegahan yang dirasakan, antara lain sebagai berikut:

  1. Diagnostic prenatal, yaitu suatu usaha yang dilakukan untuk memeriksa kehamilan. Dengan usaha ini diharapkan dapat ditemukan  kemungkinan adanya kelainan-kelainan pada janin, baik berupa kelainan kromosom maupun kelainan enzyme yang diperlukan bagi perkembangan  janin. Seandainya ditemukan adanya kelainan, maka tindakan selanjutnya diserahkan kepada ibu hamil atau keluarganya atau pertimbangan-pertimbangan dari dokter ahli dalam masalah tersebut.
  2. Imunisasi, dilakukan  terhadap ibu hamil maupun anak-anak balita. Dengan imunisasi ini dapat  mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang menganggu perkembangan bayi/anak.
  3. Tes darah, dilakukan terhadap pasangan-pasangan yang akan menikah untuk menghindari kemungkinan menurunkan benih-benih yang berkelainan.
  4. Pemeliharaan kesehatan, terutama bagi ibu-ibu hamil. Hal ini terutama menyangkut pemeriksaan kesehatan selama hamil, penediaan gizi/nutrisi serta vitamin yang memadai, menghindari radiasi, dan sebagainya.
  5. Program KB, diperlukan untuk mengatur kehamilan dan menciptakan keluarga yang sejahtera baik dalam segi fisik maupun psikis. Keluarga kecil lebih memungkinkan terbinanya hubungan afeksi yang relative lebih baik serta terjaminnya kebutuhan fisik yang relative lebih baik pula.
  6. Sanitasi lingkungan, yaitu mengupayakan terjaganya suatu lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang membahayakan perkembangan anak.
  7. Penyuluhan genetic, yaitu suatu usaha  mengkomunikasikan berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah genetika dan masalah-masalah yang ditimbulkannya. Ini dapat dilakukan melalui media cetak, elektronik, maupun secara langsung melalui posyandu atau klinik-klinik kesehatan.
  8. Tidakan operasi, diperlukan terutama bagi kelahiran dengan resiko tinggi untuk mencegah kelainan-kelainan yang ditimbulkan pada waktu kelahiran.
  9. Intervensi dini. Program ini diperlukan terutama bagi para orang tua agar secara dini dapat membantu perkembangan anak-anaknya.

Demikianlah beberapa alternative yang dapat ditempuh  sebagai antisipasi mencegah bertambahnya populasi anak berkelainan khususnya anak tunagrahita.

  1. C.    PENUTUP

KESIMPULAN

Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada di bawah rata-rata. Terdapat berbagai factor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita. Para ahli dari berbagai ilmu telah berusaha membagi faktor-faktor penyebab ini menjadi beberapa kelompok. Strauss mengelompokkan faktor-faktor tersebut menjadi dua gugus, yaitu endogen dan eksogen.

Kalangan lain membagi faktor-faktor penyebab ini atas factor lingkungan dan factor individu.

Cara lain yang  juga sering digunakan dalam pengelompokkan factor-factor penyebab ketunagrahitaan adalah membaginya dalam 3 (tiga) gugus, yang jika disusun secara kronologis adalah : (1) factor-factor yang terjadi sebelum lahir (prenatal), (2) factor-factor yang terjadi saat dilahirkan (natal), dan (3) factor-factor yang terjadi sesudah dilahirkan (postnatal).

Ditemukannya berbagai penyebab  ketunagrahitaan baik yang berasal dari factor keturunan maupun yang berasal dari factor diluar keturunan sebagai hasil dari berbagai penyelidikan para ahli, seyogyanya diikuti pula oleh berbagai upaya pengobatan maupun pencegahannya, antara lain:

1)      Diagnostic prenatal

2)      Imunisasi

3)      Tes darah

4)      Pemeliharaan kesehatan

5)      Program KB

6)      Sanitasi lingkungan

7)      Penyuluhan genetic

8)      Tidakan operasi

9)      Intervensi dini

 

 

Segi Murid:

1)      Murid belajar dan berlatih atas perintah dan petunjuk guru

2)      Murid diajar secara bersama-sama dan serentak (klasikal)

3)      Interaksi yang terjadi antara murid dan guru sebagian besar berbentuk lisan (verbal)

Segi Materi Pelajaran:

1)      Setiap mata pelajaran diberikan secara terpisah dari mata pelajaran lainnya (satu-per-satu)

2)      Pengutamakan atau penekanan dilakukan pada keterampilan dasar.

  1. The Behavioural Model (Model Perilaku) adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada urutan tahapan belajar yang ketat dan menggunakan penguatan (reinforcement) untuk mendapatkan tingkah laku yang dapat di amati.

Implimikasi model ini dalam pembelajaran dapat dipersepsi dalam tiga segi sebagai berikut:

Segi guru:

1)      Menyajikan materi pelajaran secara bertahap.

2)      Pemahaman tentang hasil tes materi pelajaran diperoleh dengan cara mengamati jawaban-jawaban yang diungkapkan dan menghargai jawaban yang benar dan baik.

Segi Murid:

Menujukkan pemahaman dengan memancarkan tanggapan perilaku yang diinginkan.

Segi Materi Pelajaran:

Pada umumnya mencakup keterampilan-keterampilan dasar yang ditentukan oleh tujuan perilaku yang telah ditetapkan dan ditunjukan dalam urutan langkah-langkah yang logis.

Teori model perilaku ini dikaji berkenaan dengan teori-teori pembelajaran, asumsi-asumsi, keistimewaan dan kekritisan model. Model perilaku pada pengajaran ini berasal dari teori-teori pavlov, Thorndike dan Skinner.

Kata “ perilaku ’’ sendiri digunakan oleh para pakar perilaku untuk menjelaskan tanggapan (respon) yang dapat diamati atau diobservasi dalam bentuk apapun.

  1. The Cognitive Developmental Model (Model Perkembangan Kognitif) adalah salah satu model yang dalam pelaksanaannya guru memilih tugas-tugas pelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan menjelajahi pemikiran anak dalam hubungannya dengan tugas-tugas itu. Model ini menekankan pada langkah-langkah

Encana pembelajaran yang sederhana, tetapi sasarannya adalah alam pemikiran anak yang didasari oleh perilaku dan tingkat perkembangan anak.

Implikasi model ini dalam pembelajaran dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu:

Segi Guru :

1)      Menciptakan atmosfir (iklim, suasana) yang mendukung.

2)      Merancang aktivitas belajar menurut tingkat perkembangan anak.

3)      Mengembangkan pemikiran anak dalam hubungannya dengan tugas-tugas belajar.

Segi Murid :

Belajar dalam suatu lingkungan yang kaya sumber belajar dengan menggunakan pemikiran untuk memecahkan masalah-masalah terkait.

Segi Materi Pelajaran :

Ruang lingkup materi pelajaran tidak dibatasi, tetapi proses berpikir diperlukan untuk menguasai terhadap yang sesuai untuk mengimbangi kesiapan anak menurut tingkat perkembangan yang sama.

Teori model perkembangan kognitif ini dikaji berkenaan dengan teori-teori dan prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran dari piaget, Brunner, dan pendekatan perkembangan kognitif sampai pendidikan moral.

Kata “ perkembangan ’’ sendiri menunjukan kepada perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri manusia secara teratur dan melalui jangka waktu yang panjang. Jadi, perubahan-perubahan yang tiba-tiba dan temporal (sewaktu) tidak dipertimbangkan secara umum menjadi bagian dari perkembangan.

  1. The Interaction Model ( Model Interaksi ) adalah suatu model yang mendekankan terjadinya pembelajaran sebagai suatu hasil interaksi anak dengan orang lain dan anak dengan masyarakat.

Implikasi model ini dalam pembelajaran dapat diamati dari tiga segi, yakni :

Segi Guru :

Membimbing pembelajaran dengan menggunakan metode-metode utama diskusi dan pemecahan masalah (problem solving) dalam suatu kelas yang dapat menunjang terwujudnya pertukaran informasi verbal yang sama.

Segi Murid :

Belajar dengan cara mengalami suatu hubungan saling tergantung antara guru dan murid-murid lain, membagi persepsi mengenai kenyataan (realita) dan memperhalusnya dari pengetahuan yang diperoleh.

Segi Materi Pelajaran :

Menekankan pada masalah-masalah sosial-moral-budaya, dan proses yang menghasilkan kesadaran masyarakat sendiri untuk suatu masyarakatyang demokratis.

Teori model interaksi didefenisikan sebagai suatu model pembelajaran yang menekankan terjadinya proses belajar, sebagai suatu hasil interaksi murid dengan orang lain dan dengan masyarakat.

  1. The Transaction Model (Model Transaksi) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada murid (pupil conteed) yang mencakup suatu program guru yang lebih mengutamakan interaksi murid sendiri dengan lingkungan (fisik atau benda dan manusia) dan perubahan sebagai suatu hasil dari pengalaman tersebut.

Implikasi model ini dalam pembelajaran dapat disoroti dari tiga segi, yakni :

Menyusun lingkungan yang kaya sumber, berdasarkan belajar pada minat dan kebutuhan murid, membimbing dengan berbagai macam tingkatan dan memonitor pertumbuhan sosial, emosi dan akademik.

Segi Murid :

Menyelidiki dan menemukan bahwa belajar melalui interaksi dengan anak manusia dan lingkungan fisik, bekerja individual dan dalam kelompok kecil, dan sering sibuk dalam aktivitas atas kemauannya sendiri.

Segi Materi Pelajaran :

Ditentukan oleh minat-minat siswa dan reaksi mereka pada sumber-sumber, berfokus pada “pembelajaran tentang bagaimana belajar yang baik’’, dan meliputi kalau tidak mata-mata peajaran yang terpisah, tentu kurikulum terpadu.

Model transaksi didefenisikan sebagai model pembelajaran yang berpusat pada murid (pupil-centered), mencakup suatu rancangan yang disusun guru, yang lebih mengutamakan kemauan murid sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (fisik dan manusia) dan perubahan sebagai hasil dari pengalaman itu.

Dari keenam model pembelajaran tersebut yang mungkin dapat diaplikasikan dalam pengajaran anak tunagrahita adalah model perilaku (The Behavioural Model). Dengan menggunakan model ini kegiatan belajar anak tunagrahita dapat berlangsung sesuai dengan tahapan belajar yang telah disusun oleh guru secara ketat sejalan dengan tingkat kemampuan anak secara individu. Di samping itu melalui model ini penguatan (reinforcement) dan guru senantiasa diperoleh oleh anak, sehingga anak tunagrahita yang perkembangan mentalnya terhambat itu dapat ditingkatkan peran sertanya dalam kegiatan belajar mengajar melalui bimbingan dan penguatan yang kontinu (berkelanjutan) sesuai dengan kondisi anak secara individual..

  1. Menentukan Strategi Pembelajaran
    strategi pembelajaran yang efektif dan efisien untuk semua jenis tujuan pembelajaran, bahan pelajaran dan karakteristik siswa sebenarnya tidak ada; karena masing-masing strategi pembelajaran memiliki keunggulan dan kekurangannya sendiri. Dengan demikian dalam strategi pembelajaran di kemukakan oleh Romiszowski A.J (1984:16) yakni: (1) tujuan pembelajaran, (2) karakteristik siswa, (3) sumber dan fasilitas yang tersedia, dan (4) karakteristik strategi pembelajaran itu sendiri.

Jadi strategi pembelajaran menekankan pada interaksi koperatif antar siswa, misalnya, akan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap perkembangan kepribadian anak dengan strategi pembelajaran yang kompetitif dan individualistik.

  1. Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Anak Tunagrahita

Strategi pembelajaran dalam pendidikan anak tunagrahita pada prinsipnya tidak jauh berbeda penerapannya dengan pendidikan pada umumnya. Pada anak tunagrahita ringan dan sedang mungkin lebih efektif menggunakan strategi pembelajaran yang menekankan latihan “drill” yang tidak terlalu banyak menuntut kemampuan berfikir yang kompleks.

Pada pembahasan selanjutnya akan disajikan 3 jenis strategi pemblajaran yang menekankan pada ada- tidaknya interaksi antara siswa. Yaitu strategi pembelajaran kooperatif, kompetitif, dan individualistik.

  1. Strategi Pembelajaran Individual dan Individualis Pengajaran.

Pembelajaran individual atau individualisasi pengajaran itu berbeda maknanya dari pengajaran individual. Pengajaran individual adalah pengajaran yang diberikan kepada murid-murid seorang demi seorang atau secara terpisah. Sedangkan individualisasi pengajaran adalah pengajaran yang diberikan oleh guru kepada asing-masing anak, mskipun mereka belajar bersama dan berada bersama-sama didalam satu kelas atau kelompok.

Untuk mencapai individualisasi pengajaran yang baik harus disesuaikan dengan minat belajar mengajar murid, juga mesti disesuaikan dengan pilihan, kemampuan belajar dan hasil-hasil yang telh dicapai oleh seorang murid. Komponen yang penting bagi individualisasi pengajaran adalah pengelompokkan murid-murid menjadi beberapa kelompok belajar.

Pendidikan anak tunagrahita pada umumnya memerlukan system pengajaran individual disamping pengajaran klasik. Yang penting bukan individual atau klasikalnya, melainkan individualisasi pengajaran; artinya dalam pelaksanaannya boleh individual, kelompok dan boleh klasikal.

5. program Pendidikan Individual (PPI atau IEP)

a. pengertian

program pendidikan individual (PPI) ini merupakan terjemahan dari The Individualized Education Program (IEP). Sesuai dengan namanya, PPI atau IEP adlah suatu program pendidikan yang disusun untuk setiap anak luar biasa.

Cakupan PPI jauh lebih luas dari program individualisasi pengajaran, karena PPI tidak hanya mencakup kurikulum bagi siswa, tetapi juga penempatan, lembaga-lembaga yang terkait dalam pendidikan murid tersebut, serta berbagai aspek lain yang terkait.

Kegunaan PPI adalah untuk menjamin bahwa tiap murid luar biasa di SLB maupun disekolah umum memiliki suatu program yang di individulisasikan untuk mempertemukan kebutuhan-kebutuhan khas yang dimiliki murid dan mengkomunisasikan program tersebut kepada orang-orang yang berkepentigan dalam bentuk suatu program yang sistematis. Program ini juga dapat membantu para guru untuk mengadopsikan program umum dan atau program khusus bagi anak luar biasa yang bertolak atas kekuatan, kelemahan, dan minat anak.

b. Asumsi Dasar Pengembangan PPI atau IEP

snell (1986:11) mengemukakan bahwa pengembangan PPI untuk anak tunagrahita sedang dan ringan di landasi oleh asumsi dasar berikut:

1)      Proses belajar anak tunagrahita berlangsung lamban sehingga memerlukan waktu yang lama dalam belajar.

2)      Sekolah bertanggung jawab untuk mengajarkan keterampilan fungsional yang diperlukan untuk memaksimalkan kemandirian anak.

3)      Untuk menghasilkan dampak pengajaran yang maksimal pada diri anak, guru perlu selalu berinteraksi dengan orang tua anak.

4)      Prinsip-prinsip modifikasi perilaku dapat diterapkan secara umum bagi anak tunagrahita berat.

5)      Acuan normal dan alat-alat penilaian yang baku sangat sedikit kesesuaiannya untuk anak tuna grahita yang berat.

6)      Validitas tujuan, prosedur, dan dampak pengajaran bagi anak tunagrahita perlu dilakukan melalui medium sosial.

 

c. pengembangan PPI atau IEP

proses pengembangan dimulai dengan pembentukan komisi penyusun PPI, kemudian pertemuan anggota-anggota komite yang kemudian diikuti dengan identifikasi kekuatan dan kelemahan siswa sebagai dasar untuk menyusun kurikulum bagi siswa tersebut. Langkah berikutnya adalah penyusunan kurikulumnya yang kemudian diikuti oleh keputusan penempatan, apakah siswa tersebut akan ditempatkan di sekolah biasa, sekolah khusus atau di suatu lembaga pendidikan lainnya.

  1. Format Program pengajaran Individual (PPI)

Langka pertama yang perlu ditempuh adalah mengembangkan format yang kira-kira sesuai, kemudian baru mengembangkan komponennya. Namun sekali lagi perlu di ingat bahwa format bukanlah satu hal yang mengikat, tetapi satu kerangka acuan yang memudahkan guru menuangkan gagasan.

C. KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA

Kurikulum pendidikan untuk anak tunagrahita ringan, sedang, dan berat berbeda-beda. Pendidikan anak tunagrahita berat menggunakan kurikulum yang sederhana sekali, misalnya membiasakan makan pada jam-jam tertentu, bergantung pakaian kalau diperlukan, berpindah tempat dan sebagainya. Demikian pula halnya kurikulum untuk anak tunagrahita ringan dan untuk anak normal. Jika kurikulum untuk anak tunagrahita ringan banyak memberikan tekanan kepada pelajaran membaca, maka untuk anak tunagrahita sedang tekanan tersebut hanya sedikit saja.

Menurut peraturan pemerintah RI Nomor 72 tahun tentang pendidkan luar biasa bahwa bentuk satuan pendidikan luar biasa termasuk anak tunagrahita (ringan dan sedang) sebagian contoh bentuk satuan pendidikan luar biasa untuk anak tunagrahita ringan:

  1. Taman kanak-kanak luar biasa (TKLB)

Tingkat ini untuk anak-anak yang bermur antara 4-6 tahun umur kecerdasan nya antara 2,5-4 tahun.

  1. Sekolah dasar luar biasa (SDLB)

Tingkat ini untuk masing-masing anak yang berrumur antara 7-12 tahun: umur kecerdasan nya antara 5-9 tahun

  1. Sekolah lanjutan tingkat pertama luar biasa (SLTPLB)

Tingkat ini untuk anak-anak yang berumur antara 13-15 tahun: umur kecerdasan nya berkisar antara 9-11 tahun

  1. Sekolah menengah luar biasa (SMLB)

Tingkat ini untuk anak-anak yang berumur antara 16-18 tahun. Umur kecerdasan berkisar antara 10-12 tahun.

  1. Prinsip-prinsip kurikulum

Kurikulum berbeda-beda dari satu negeri ke negeri lain dari satu zaman ke zaman lain. Kini dikenal kurikulum progresif. Adapun ciri-ciri kurikulum progresif ialah:

  1. Didasarkan atas pengalaman-pengalaman sendiri pengalaman yang diangkat ke dalam kurikulum ialah yang bersifat baru bagi murid, merangsang perkembangan, dan mendorong kreatifitas .
  2. Memperhatikan struktur intelek anak dan mengarah pada pembentukan konsep-konsep.
  3. Banyak mendorong observasi sendiri melakukan percobaan-pecobaan, konsep sendiri dan sikap kritis.kurikulum tersebut mendorong murid merumuskan berbagai masalah.
  4. Memupuk keterampilan bekerja secara ilmiah, memupuk minat, sikap dan apresiasi.
  5. Didasarkan pada teori-teori psikologi, terutama psikologi belajar.
  6. Mendorong penyesuaian diri terhadap lingkungan dan terhadap kehidupan yang akan datang.
  7. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan sikap dan keterampilan hidup dalam alam demokrasi
  8. Berdasarkan hasil-hasil riset.
  9. Tidak di dasarkan konsepsi dan sempit.

Dewasa ini kita mempunyai berbagai tata susun itu, yang masing-masing mengunakan berbagai vairiasi. Sebenarnya setiap tata susun kurikulum memerlukan tenaga, bahan pembelajaran, alat bantu, dan lingkunga, yang seringkali berbeda yang satu dengan yang lain.

 

 

 

    

 

 

DAFTAR  PUSTAKA

Depdikbud (1991), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 72 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa, Jakarta.

Dunn, Lloyd (1973), Exceptional Children in the School Special Education in Transition, New York: Holt, enehart, and Winston, Inc.

Dybward, Gunnar (1964), Challengers in Mental Ratardation, New York: Columbia University Press.

Francis C. Chen, et. al (1987), Intelectual Disability Perspective and Challengers, AFMR.

Frampton & Gall (1955), Introduction and Problems to Special Educaion, Massachusetts: Porter Sargent Publisher.

Hallahan, Daniel P. and Kauffman, James J. (1986), Exceptional Children, Introduction to Special Education, Fourth Edition, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Malahayati Abdullah (1956), Pedoman Mengasuh Anak dalam Panti Asuhan, Jakarta: Kementrian Sosial Djawatan Bimbingan dan Pendidikan.

Mohamad Amin dan Suherti HN (1980), Ortopedagogik Umum I dan II, Bandung: IKIP.

Mohamad Amin dan Moh. Entang (1986), Pedoman Bimbingan Anak Luar Biasa untuk Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa, Jakarta: Depdikbud.

Skinner, Charles E. (1958), Essentials of Educational Psychology, Tokyo: Prentice-all, Inc.

Suherti HN (1979), Penyelidikan tentang Perkembangan Persepsi Visual Anak Terbelakang Sekolah Pendidikan Luar Biasa bagian C, Bandung: IKIP.

 

ANAK BERBAKAT

Image
DEFINISI ANAK BERBAKAT
Anak berbakat adalah mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak berbakat memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk membantu mereka mencapai prestasi sesuai dengan bakat-bakat mereka yang unggul. Bakat” (aptitude) pada umumnyadiartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Berbeda dengan bakat, “kemampuan” merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang. Sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat dan kemampuan menentukan “prestasi” seseorang. Jadi prestasi itulah yang merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan.

Ciri-Ciri Anak berbakat

Ciri-ciri anak berbakat menurut Martinson (1974) adalah sebagai berikut:
  • Gemar membaca pada usia lebih muda
  • Membaca lebih cepat dan lebih banyak
  • Memiliki perbendaharaan kata yang luas
  • Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
  • Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah “dewasa”
  • Mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri
  • Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
  • Memberi jawaban-jawaban yang baik
  • Dapat memberikan banyak gagasan
  • Luwes dalam berpikir
  • Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
  • Mempunyai pengamatan yang tajam
  • Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
  • Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
  • Senang mencoba hal-hal baru
  • Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
  • Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
  • Cepat menangkap hubungan-hubungan (sebab akibat)
  • Berperilaku terarah kepada tujuan
  • Mempunyai daya imajinasi yang kuat
  • Mempunyai banyak kegemaran (hobi)
  • Mempunyai daya ingat yang kuat
  • Tidak cepat puas dengan prestasinya
  • Peka (sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi)
  • Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.

10 TANDA BAHWA ANAK ANDA ADALAH ANAK BERBAKAT CERDAS DAN JENIUS SEPERTI EINSTEIN

Banyak orang tua yang memberikan balita mereka mainan terkini. Namun kebanyakan balita akan tampak jenius hanya dimata orang tuanya. Ada juga balita yang memang sudah berbakat sejak lahir.

Bagaimana melacak bakat anak Anda? Laman lilsugar.com, memberikan petunjuknya. Berikut 10 petunjuk itu.

1. Mengumpulkan Informasi dengan Detail dan jelas
Kalimat “Masuk kuping kanan keluar kuping kiri”, terlihat umum bagi semua anak-anak. Tapi bagi mereka yang memiliki intelejensi akan mampu menangkap berbagai informasi dan menceritakannya dikemudian hari.

National Association of Gifted Children (NAGC) memberikan contohnya. “Seorang anak usia 6 tahun yang baru kembali dari perjalanannya ke museum mampu menggambarkan dengan akurat roket ruang angkasa yang dilihatnya.”

2. Rasa Ketertarikan yang Luas dan Dalam Pada Banyak Bidang
Anak yang berbakat umumnya menampakkan ketertarikannya terhadap berbagai macam topik dan tertarik tidak hanya pada permukaan saja tetapi juga mendalami bidang ketertarikan tersebut. Mereka mungkin suka Dinosaurus serta mempelajari segala hal detail mengenainya sampai mahir pada bulan tertentu, ruang angkasa bulan berikutnya dan seterusnya.

3. Kemampuan Mendengarkan Orang Lain
Jika anak Anda adalah balita yang cerdas, ia akan mampu memahami dan mendengar orang lain sejak usia dini hingga dewasa tanpa diminta. Mereka umumnya balita yang tidak banyak bicara. Jadi pepatah Tong Kosong Nyaring Bunyinya adalah benar

4. Berbakat di Bidang Seni
Anak-anak yang menampilkan bakat tidak biasa dibidang seni dan atau musik lainnya, kadang dipercaya merupakan anak yang diberkati. Balita yang mampu menggambar sesuatu dengan jelas, mampu membuat garis yang sempurna atau menggambarkan tingkat pemahaman seni yang tinggi umumnya masuk kategori anak-anak berbakat.

5. Memperlihatkan Konsentrasi yang Sungguh-sungguh
Anak-anak dikenal tidak suka berkonsentrasi dengan lama. Namun jika anak Anda termasuk yang suka berkonsentrasi atau tertarik terhadap sesuatu dengan periode yang lama, maka anak tersebut bisa dikatakan sebagai anak berbakat.

6. Punya Memori yang Bagus
Beberapa balita yang berbakat mampu mengingat sesuatu dengan baik sejak mereka kecil. Sebagai contoh, anak umur dua tahun mampu mengingat dan menceritakan kembali kejadian sejak dia umur 18 bulan.

7. Punya Kosakata yang Maju
Balita yang mampu berbicara pada usia dini mungkin tidak termasuk dalam tanda-tanda berbakat. Tetapi jika si kecil Anda mampu menggunakan kosakata dan kalimat yang maju, maka ia memang cerdas seperti yang Anda pikirkan. Misalnya, menurut NAGC, jika anak pada usia dua tahun umumnya membuat kalimat, “Ada Anjing.” Maka anak dua tahun yang berbakat akan mampu membuat kalimat yang panjang. Seperti, “Ada anjing coklat di taman belakang dan dia mengendus bunga kita.”

8. Perhatian Terhadap Detil
Anak yang berbakat memiliki perhatian terhadap detil. Anak yang lebih tua lebih ingin tahu secara spesifik bagaiman cara kerja sesuatu. Sementara anak yang lebih kecil akan mampu menempatkan kembali dimana ia mengambil mainannya atau ia tahu kalau sesuatu telah dipindahkan dari tempat asalnya.

9. Sangat Peduli Orang Lain dan Lingkungannya
Pada umumnya anak-anak tidak terlalu peduli dengan dirinya atau orang lain, kecuali jika temannya memiliki sesuatu yang dia mau. Tidak dengan anak-anak berbakat, mereka peduli dan berbelas kasihan dengan orang lain dan juga sangat tidak egois.

10. Memahami Sesuatu yang Kompleks
Balita yang memiliki kecerdasan tinggi mempunyai kemampuan untuk memahami sesuatu yang kompleks, peduli terhadap hubungan dan berpikir secara abstrak. Mereka mampu memahami masalah secara dalam dan memikirkan pemecahannya.

Anak-anak berbakat biasanya ditandai pula dengan:
  1. Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi; biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes inteligensi yang sangat tinggi, misal IQ diatas 120.
  2. Bakat istimewa dalam bidang tertentu; misalnya bidang bahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
  3. Kreativitas yang tinggi dalam berpikir; yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.
  4. Kemampuan memimpin yang menonjol; yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.
  5. Prestas-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain; misalnya dalam seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.

 

Anak Berbakat yang Sulit Belajar, Kenali Ciri-cirinya!

Sulit dipercaya, bahwa anak berbakat yang memiliki kemampuan otak berbakat (gifted brain) juga bisa menunjukkan ketidakmampuan (disability). Bagaimana ciri-cirinya?

Menurut Guru Besar Luar Biasa Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Conny R Setiawan, hal itu memang sulit dipercaya kendati sebetulnya banyak terjadi.

Dalam buku yang ditulisnya berjudul ‘Kreatifitas Keberbakatan: Mengapa, Apa, dan Bagaimana?’, Conny mengatakan, hal tersebut sebenarnya memberikan indikasi, bahwa kekuatan dan kelemahan seseorang (anak) terletak dalam bidang yang berbeda dan membuat mereka disebut pembelajar paradoks (paradoxical learner).

Conny menuturkan, terdapat kesenjangan dalam berbagai kinerja sekolah yang dapat diamati secara nyata, sehingga anak-anak tersebut dapat dikenal sebagai siswa yang memiliki kemampuan dua kali lebih luar biasa (twice exceptional student). Mereka adalah siswa berbakat yang juga memiliki a learning disability.

Para siswa tersebut, kata Conny, memiliki kemampuan tinggi pada bidang tertentu, namun sekaligus juga memiliki kelemahan dalam bidang lain yang berbeda. Conny mengelompokkan siswa ini dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Anak Berbakat sekaligus Learning Disabled
Kelompok ini adalah kelompok para siswa berbakat yang memperlihatkan kesulitan belajar dalam bidang tertentu. Mereka merasa kurang memiliki harga diri dan sering disebut underachiever, karena sering tidak dikenal sebagai anak berbakat dan rendah motivasi belajarnya. Biasanya, kelompok ini ditempatkan di kelas yang memiliki kesulitan belajar, karena mereka sering juga menunjukkan sifat yang malas.

2. Tidak Pernah Teridentifikasi sebagai Anak Berbakat
Disebut tidak teridentifikasi, karena antara kemampuan dan ketidakmampuannya sama-sama saling menutupi, sehingga potensi sesungguhnya tidak pernah terwujud. Kelompok ini kerap dianggap berprestasi rata-rata dan merupakan kelompok terbesar di antara kelompok lainnya.

3. Anak Berbakat yang Kemampuannya Benar-benar Tidak Teridentifikasi
Kelompok ini betul-betul sulit dikenali dengan baik kinerja intelektualnya. Sebaliknya, mereka pun kerap tidak terlayani kebutuhannya sebagai anak berbakat.

Instrumen Khusus
Menurut Conny, ciri utama ketiga sub kelompok ini adalah masalah sosial dan emosional yang sifat antara satu dan lainya tidak saling berkaitan. Bahkan ditemukan, bahwa dua sampai sepuluh persen anak berbakat cenderung memiliki kesulitan belajar.

“Diperlukan suatu instrumen khusus bagi kelompok ini, sebab sering sekali keberbakatannya tertutupi oleh kesulitan belajarnya,” ujar Conny. Conny menambahkan, minimnya sumber pengetahuan orang tua atau pendidik akan hal ini menjadikan mereka sangat kurang pengalaman untuk mengenali adanya perbedaan antara keberbakatan dan ketidakmampuannya.

Diperlukan suatu instrumen khusus bagi kelompok anak atau siswa yang keberbakatannya tertutupi oleh kesulitan belajarnya.

Menurut Conny R Setiawan, dalam bukunya ‘Kreatifitas Keberbakatan: Mengapa, Apa, dan Bagaimana?’, minimnya sumber pengetahuan orang tua atau pendidik akan hal tersebut menjadikan orang tua dan pendidik sangat kurang pengalaman untuk mengenali adanya perbedaan antara keberbakatan dan ketidakmampuan anak/siswa didiknya.

Beberapa ciri yang juga merupakan potensi misdiagnoses tersebut antara lain:

KEKUATAN 

  • Cepat memperoleh dan menangkap informasi
  • Senang pada kegiatan intelektual, konsep,dan mampu mensintesakan konsep abstrak
  • Mencoba untuk berorganisasi
  • Krisis terhadap diri sendiri dan krisis juga terhadap evaluasi

KEMUNGKINAN MASALAH

  • Tampak bosan dan tidak sabar terhadap kelambanan
  • Mempertanyakan prosuder guru mengajar dan menunjukkan detail
  • Kadang – kadang tampak kasar dan berkuasa
  • Tidak toleran terhadap orang lain dan cepat mengalami depresi
  • Anak atau siswa yang bakatnya tertutupi oleh kesulitan belajar ternyata banyak dipengaruhi oleh lingkungan teman sebaya, pola asuh dalam keluarga, kondisi sosial ekonomi, dan harapan orangtua akan masa depan si anak.

Tak mudah memang, tetapi ada solusi yang sepatutnya bisa dilakukan. Beberapa solusi ada setelah orangtua dan pendidik memahami adanya perbedaan antara bakat dan ketidakmampuan anak/siswa didiknya, serta mengenali ciri-ciri potensi diagnosis yang salah tersebut. Hal itu merupakan langkah-langkah sederhana sebagai stimulasi menghadapi anak-anak dengan kemampuan otak berbakat (gifted brain), tetapi sekaligus juga menunjukkan ketidakmampuannya (disability).

“Sesuatu yang ada di dalam diri seorang anak, itulah yang perlu dikeluarkan, yang semestinya diekspresikan,” kata Socrates. Namun kiranya, ucapan filsuf Yunani tersebut perlu dijadikan pegangan sebelum memulai langkah-langkah yang perlu diambil di sini. Ada lima langkah yang justru akan berpulang pada kondisi si anak itu sendiri.

Memang, stimulasi yang diperlukan adalah langkah-langkah yang cenderung tidak bersifat memaksakan kehendak. Hal ini seperti pernah disebutkan oleh psikolog Dr Rose Mini AP, M Psi dalam makalahnya tentang “Keberhasilan Pendidikan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, beberapa stimulasi tersebut antara lain:

  • Jangan pernah membandingkan antara satu anak dengan yang lainnya. Camkan bahwa setiap anak berbeda, baik dari segi kecepatan belajar, gaya belajar, maupun pencapaian hasil atau lain-lain yang berhubungan dengan proses anak menyerap ilmu atau pelajaran yang diberikan.
  • Rangsang, bukan “ajarkan”, anak untuk mengembangkan berbagai aspek kemampuan, terutama kreativitasnya. Persepsikan bahwa sekecil apa pun kreativitasnya adalah hal yang sangat positif, baik buat dirinya maupun lingkungan di sekitarnya.
  • Tularkan tentang pemahaman-pemahaman moral dan indahnya bersosialisasi di luar lingkup sehari-hari si anak. Ingat, Anda hanya “menularkan”, bukan mengajarinya bersosialisasi, saling menghargai, atau menghormati sesama individu. Alhasil, aksi nyata berupa contoh-contoh sikap dan perilaku sangat diperlukan, dan itu semua harus dimulai dari diri Anda sebagai orangtua atau pendidik.
  • Fokuskan pada proses dan penugasan ketimbang perolehan hasil. Perlu diingat, bahwa hasil yang optimal akan dicapai oleh si anak saat mereka menguasai kemampuan yang memang dibutuhkannya.
  • Kenali berbagai kebutuhan mereka tersebut lewat aktivitas, hobi, atau kegemarannya. Dari sinilah orangtua atau pendidik mudah mengenali potensi yang dimiliki guna melihat perkembangan yang lebih optimal.

SEPULUH ANAK BERBAKAT DI DUNIA

1.Kim Ung-Yong : Manusia Ber-IQ Tertinggi di Dunia
Lahir pada tahun 1962, Anak dari Korea ini dinobatkan sebagai manusia jenius di seluruh dunia. Bayangkan Pada unur 4 tahun, dia sudah bisa membaca huruf Jepang, Korea,Jerman,Inggris. Pada umur 5 tahun ia mampu memacahkan masalah pada soal kalkulus. ia mencatatkan dirinya pada Guinness Book of World Records dengan “Highest IQ” 210

2.Gregory Smith : Mendapatkan Penghargaan Nobel pada Usia 12
Lahir pada tahun 1990, Gregory Smith mencatatkan namanya pada nobel perdamaian. berkat usahanya dalam mendirikan International Youth Advocates. Perkumpulan Orang muda seluruh dunia.
Ia pernah bertemu langsung dengan Presiden Bush, dan juga Michael Gorbacev lho…
3.Akrit Jaswal : Dokter Bedah Usia 7 Tahun

Julukan “anak terpandai di dunia” telah melekat pada Akrit Jaswal, seoarang anak dari India. Ia mengejutkan Publik, ketika pada umur 7 tahun melakukan pembedahan pada seorang gadis lokal di tempatnya. gadis itu menderita luka bakar di tangannya, hingga tangannya tidak dapat dibuka, dan jaswalpun melakukan pembedahan hingga jemari gadis itu bisa terbuka seperti sedia kala.
Saat ini, ia tercatat sebagai dokter paling muda di dunia, ia diterima di Universitas pada usia 11 tahun
4.Cleopatra Stratan : Bocah Penyanyi Berusia 3 Tahun dengan Gaji 1000€ per lagu

Lahir Pada 6 Oktober 2002 di Chisinau. ia adalah pencatat sejarah di Industri musik sebagai seorang penyanyi. Dengan albumnya tahun 2006 La vârsta de trei ani (“pada usia 3″). Dia mencatat record seorang artis cilik yang tampil diatas panggung dengan ribuan penggemarnya. Dia juga menerima penghargaan MTV Award dalam Artis termuda yang mencetak #1 Hit
5. Aelita Andre : Pelukis di usia 2 tahun

Anak kelahiran Australia ini, baru berumur dua tahun sudah menunjukkan kualitasnya sebagai jenius, ia memiliki sebuah gedung pertunjukkan untuk karya-karya abstraknya.
Pada mulanya Mark Jamieson, direktur dari Brunswick Street Gallery di Melbourne’s Fitzroy. Tretarik melihat sebuah poto lukisan dari Aelita Andre. dan dia menginginkannya bergabung dalam grupnya karena bakat lukisannya itu. Ketika undangan telah dibuat, ia baru saja menyadari bahwa Aelita adalah anak yang masih berumur 22 bulan. Namun ia tetap melanjutkan pertunjukannya itu
6.Saul Aaron Kripke : Mengajar Havard saat Masih Duduk di Bangku SMA

Lahir di New York dan tumbuh dewasa di Omaha di 1940. Jenius satu ini, saat kelas empat ia menguasai aljabar, saat akhir SD ia sudah bisa geometri, kalkulus dan filsafat. Saat SMU ia memperoleh surat dari Harvard agar melamar sebagai dosen, namun ibunya menyuruhnya untuk menamatkan sekolahnya dahulu.
Kripke dihadiahi Schock Prize, Nobel Filosofi. Sekarang, ia dinobatkan sebagai ahli filsafat terbesar dalam sejarah
7.Michael Kevin Kean : Lulus kuliah pada umur 10 tahun

Kaerny, lahir tahun 1984, ia menyelesaikan kuliah pada umur 10 tahun. dan tercatat sebagai sarjana termuda. ia mengajar universitas pada usia 17 tahun. Namanya semakin mencuat kala dia memenangkan sebuah kuis online. Pada 2006, dia mencapai final di tanda burnett/aol perebutanGold Rush, permainan menguji/teka-teki, dan menjadi pemenang pertama 1 juta di permainan kenyataan online.
8.Fabiano Luigi Caruana : Grandmaster pada usia 14

Seorang anak berwarga negara America dan Italia ini sungguh jenius. Pada tahun 2007 ia memperoleh Grandmasternya, 11 bulan, 20 hari. sejarah telah mencatat namanya dalam Grandmaster termuda.
Dan baru-baru ini pada bulan April 2009, ia memperoleh Elo rating 2649, dalam usianya yang dibawah 18 tahun, membuatnya sebagai pemeroleh ranking terbanyak, dan menakjubkan, hal itu dilakukannya sebelum usianya genap 18 tahun
9.Willie Mosconi : Pemain Bilyard Professional pada usia 6thn.
Mendapat julukan “Tuan Pocket Billiards”. Dia berasal dari Philadelphia, Pennsylvania. Ayahnya seorang pemilik tempat Billyard, namun ayahnya tidak mengizinkannyamain, ia sering berimprovisasi dengan gagang sapu milik ibunya. Ayahnya melihat bakat anaknya, ia sering mengalahkan orang-orang yang lebih tua darinya.
Antara tahun 1941 dan 1957, dia memenagkan BCA World Championship selama 15 kali tanpa pernah kalah sekalipun. ia memebuat berbagai macam trik, membuat banyak rekor, dan membuat billyard menjadi olahraga yang terkenal
10.Elaina Smith : Penyiar Usia 7 tahun

Dalam usianya yang 7 tahun Elaina telah menjadi penyiar radio dengan pendengar yang melebihi umurnya. Elaina banyak memberikan solusi tentang percintaan kepada para pendengarnya. Bagaimana caranya memutuskan pacar, Bagaimana caranya untuk membina hubungan yang harmonis. benar-benar Jenius..!!!!